PENYAKIT TIFUS
Apa Itu Penyakit Tifus ? Tifus
adalah suatu penyakit infeksi bakterial akut yang disebabkan oleh kuman
Salmonella typhi. Di Indonesia penderita tifus atau disebut juga demam tifoid
cukup banyak, tersebar di mana-mana, ditemukan hampir sepanjang tahun, dan
paling sering diderita oleh anak berumur 5 sampai 9 tahun. Kurangnya
pemeliharaan kebersihan merupakan penyebab paling sering timbulnya penyakit
tifus. Pola makan yang tidak teratur dan menyantap makanan yang kurang bersih
dapat menyebabkan timbulnya penyakit ini. Kapan Penyakit Tifus Menimbulkan
Gejala? Selang waktu antara infeksi dan permulaan sakit (masa inkubasi)
bergantung dari banyaknya bakteri yang masuk ke tubuh. Masa inkubasi berkisar
antara 8-14 hari.
BAKTERI PENYEBAB TIFUS
Salmonella adalah suatu genus
bakteri enterobakteria gram-negative berbentuk tongkat yang menyebabkan tifus,
paratifus, dan penyakit foodborne. Spesies-spesies Salmonella dapat bergerak
bebas dan menghasilkan hidrogen sulfida. Salmonella dinamai dari Daniel Edward
Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun sebenarnya, rekannya Theobald Smith
(yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis) yang pertama kali menemukan
bakterium tahun 1885 pada tubuh babi.Bakteri tifoid ditemukan di dalam tinja
dan air kemih penderita.Penyebaran bakteri ke dalam makanan atau minuman bisa
terjadi akibat pencucian tangan yang kurang bersih setelah buang air besar
maupun setelah berkemih. Lalat bisa menyebarkan bakteri secara langsung dari
tinja ke makanan. Bakteri masuk ke dalam saluran pencernaan dan bisa masuk ke
dalam peredaran darah. Hal ini akan diikuti oleh terjadinya peradangan pada
usus halus dan usus besar. Pada kasus yang berat, yang bisa berakibat fatal,
jaringan yang terkena bisa mengalami perdarahan dan perforasi
(perlubangan).Sekitar 3% penderita yang terinfeksi oleh Salmonella typhi dan
belum mendapatkan pengobatan, di dalam tinjanya akan ditemukan bakteri ini
selama lebih dari 1 tahun.Beberapa dari pembawa bakteri ini tidak menunjukkan
gejala-gejala dari demam tifoid.
GEJALA
Biasanya gejala mulai timbul
secara bertahap dalam wakatu 8-14 hari setelah terinfeksi. Gejalanya bisa
berupa demam, sakit kepala, nyeri sendi, sakit tenggorokan, sembelit, penurunan
nafsu makan dan nyeri perut. Kadang penderita merasakan nyeri ketika berkemih
dan terjadi batuk serta perdarahan dari hidung. Jika pengobatan tidak dimulai,
maka suhu tubuh secara perlahan akan meningkat dalam waktu 2-3 hari, yaitu
mencapai 39,4-40°Celsius selama 10-14 hari. Panas mulai turun secara bertahap
pada akhir minggu ketiga dan kembali normal pada minggu keempat. Demam
seringkali disertai oleh denyut jantung yang lambat dan kelelahan yang luar
biasa.Pada kasus yang berat bisa terjadi delirium, stupor atau koma. Pada
sekitar 10% penderita timbul sekelompok bintik-bintik kecil berwarna merah muda
di dada dan perut pada minggu kedua dan berlangsung selama 2-5 hari.
KOMPLIKASI
Sebagian besar penderita
mengalami penyembuhan sempurna, tetapi bisa terjadi komplikasi, terutama pada
penderita yang tidak diobati atau bila pengobatannya terlambat:Banyak penderita
yang mengalami perdarahan usus; sekitar 2% mengalami perdarahan hebat. Biasanya
perdarahan terjadi pada minggu ketiga.Perforasi usus terjadi pada 1-2%
penderita dan menyebabkan nyeri perut yang hebat karena isi usus menginfeksi
ronga perut (peritonitis).Pneumonia bisa terjadi pada minggu kedua atau ketiga
dan biasanya terjadi akibat infeksi pneumokokus (meskipun bakteri tifoid juga
bisa menyebabka (pneumonia).Infeksi kandung kemih dan hati.Infeksi darah
(bakteremia) kadang menyebabkan terjadinya infeksi tulang (osteomielitis),
infeksi katup jantung (endokarditis), infeksi selaput otak (meningitis),
infeksi ginjal (glomerulitis) atau infeksi saluran kemih-kelamin. Pada sekitar
10% kasus yang tidak diobati, gejala-gejala infeksi awal kembali timbul dalam
waktu 2 minggu setelah demam mereda
DIAGNOSIS
Diagnosis penyakit ini ditegakkan
atas dasar riwayat penyakit, gambaran klinik dan hasil pemeriksaan laboratorium
(jumlah lekosit menurun dan titer Widal yang meningkat). Diagnosis pasti
ditegakkan dengan ditemukannya kuman pada salah satu biakan.Pemeriksaan
serologik Widal (titer Aglutinin OD) sangat membantu dalam diagnosis walaupun
30% penderita memperlihatkan titer yang tidak bermakna atau tidak meningkat.
Sebaliknya, hasil uji Widal yang positif (titer Widal lebih besar dari 1/160)
belum tentu menunjukkan pasien positif menderita tifus. Uji Widal baru
bermanfaat bila dilakukan pemeriksaan serial tiap minggu dengan kenaikan titer
sebanyak 4 kali.
* Kultur Gal
Diagnosis definitif penyakit tifus dengan isolasi bakteri Salmonella typhi dari
spesimen yang berasal dari darah penderita. Pengambilan spesimen darah
sebaiknya dilakukan pada minggu pertama timbulnya penyakit, karena kemungkinan
untuk positif mencapai 80-90%, khususnya pada pasien yang belum mendapat terapi
antibiotik. Pada minggu ke-3 kemungkinan untuk positif menjadi 20-25% dan
minggu ke-4 hanya 10-15%.
* Widal Penentuan
kadar aglutinasi antibodi terhadap antigen O dan H dalam darah (antibodi O
muncul pada hari ke 6-8, dan antibodi H muncul pada hari ke 10-12). Pemeriksaan
Widal memberikan hasil negatif sampai 30% dari sampel biakan positif penyakit
tifus, sehingga hasil tes Widal negatif bukan berarti dapat dipastikan tidak
terjadi infeksi. Pemeriksaan tunggal penyakit tifus dengan tes Widal kurang
baik karena akan memberikan hasil positif bila terjadi:
a. Infeksi berulang
karena bakteri Salmonella lainnya
b. Imunisasi penyakit
tifus sebelumnya
c. Infeksi lainnya
seperti malaria dan lain-lain
Apakah Pemeriksaan
Dengan Kultur Gal Dan Widal Sudah Cukup Untuk Mendeteksi Penyakit Tifus?
* Tidak, karena pemeriksaan Kultur Gal
sensivitasnya rendah, dan hasilnya memerlukan waktu berhari-hari, sedangkan
pemeriksaan Widal tunggal memberikan hasil yang kurang bermakna untuk
mendeteksi penyakit tifus.
* Tidak, karena melihat pengalaman
selama ini, banyak sekali kasus infeksi dengan diagnosis positif penyakit tifus
yang dihasilkan dari pemeriksaan Kultur Gal dan Widal, sudah mulai diberikan
obat antibiotika, namun ternyata menderita demam karena virus, misalnya dengue.
PENCEGAHAN
Vaksin tifus per-oral (ditelan)
memberikan perlindungan sebesar 70%. Vaksin ini hanya diberikan kepada
orang-orang yang telah terpapar oleh bakteri Salmonella typhi dan orang-orang
yang memiliki resiko tinggi (termasuk petugas laboratorium dan para pelancong).
Para pelancong sebaiknya menghindari makan sayuran mentah dan makanan lainnya
yang disajikan atau disimpan di dalam suhu ruangan. Sebaiknya mereka memilih
makanan yang masih panas atau makanan yang dibekukan, minuman kaleng dan buah
berkulit yang bisa dikupas.
PENGOBATAN
Dengan antibiotik yang tepat,
lebih dari 99% penderita dapat disembuhkan. Antibiotik yang banyak digunakan
adalah kloramfenikol. Kadang makanan diberikan melalui infus sampai penderita
dapat mencerna makanan. Jika terjadi perforasi usus, diberikan antibiotik
berspektrum luas (karena berbagai jenis bakteri akan masuk ke dalam rongga
perut) dan mungkin perlu dilakukan pembedahan untuk memperbaiki atau mengangkat
bagian usus yang mengalami perforasi.
OBAT – OBAT TIFUS
Kloramfenikol Untuk Tifus
diberikan dosis 4 kali 500 mg sehari selama 2 – 3 minggu . Untuk anak diberikan
dosis 50 – 100 mg / kg BB sehari dibagi dalam beberap dosis selama 10
hari.Tiamfenikol dengan dosis 50 mg / kg BB sehari pada minggu pertama , lalu
diteruskan 1-2 minggu lagi dengan dosis separuhnya. Kotrimoksazol 2 dd 3 tablet
setiap hari ( 1440 mg ) sampai bebas demam , kemudian 2 dd 2 tablet selama 7
hari. Amoxsisilin 6 dd 1 g selama 2 minggu
FARMAKOLOGI OBAT
Klormfenikol diserap dengan cepat
. Kadar puncak dalam darah tercapai 2 jam . Untuk anak biasanya diberikan
bentuk ester kloramfenikol palmitat atau stearat yang rasanya tidak pahit .
Bentuk Ester ini akan mengalami hidrolisis dalam usus dan membebaskan
kloramfenikol.Masa penuh eliminasi pada orang dewasa kurang lebih 8 jam , Pada
bayi berumur kurang dari 2 minggu sekitar 24 jam . Kira – kira 50 %
kloramfenikol dalam darah terikat dengan albumin.Dengan demikian toksisitas
obat – obat ini lebih tinggi bila diberikan bersama kloramfenikol .Amoksisilin
bekerja lebih lambat, selama 5 – 6 hari, demam hilang dibandingkan rata – rata
3 hari dengan kloramfenikol. Kotrimoksazol mampu menghilangkan demam dalam 4
hari, setelah terapi, tinja tidak mengandung basil tifus, sehingga efektif juga
untuk mengobati pembawa basil. Berhubung bahaya gangguan darah sebaiknya jangan
digunakan selama 2 minggu.
Nama Obat dan Produsen Cloramfenikol
ALCHLOR(Pharmac), CHLORAMEX ( Dumex ), ( Parke D ), COLSANCETINE ( Sanbe ),
COMBECETIN (Combi ), CHLOROMYCETIN FENICOL ( Poneo ), KEMICETIN ( Farmitalia),
PARAPHENICOL ( Prafa ), PARAXIN ( Boehringer Man ), RIBOCINE ( Dexa ),
ZENICHLOR ( Zenith ), CLORAMPHENICOL ( Generik ).
Bagaimana Menghindari
Tifus Beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mencegah timbulnya penyakit
ini adalah biasakan makan makanan dan minuman yang sudah dimasak, lindungi
makanan dari lalat, kecoa dan tikus, cuci tangan dengan sabun setelah ke WC dan
sebelum makan, serta hindari jajan ditempat-tempat yang kurang bersih. Cara
termudah menghindari penyakit ini adalah dengan menjaga higienitas makanan
MAKANAN YANG DIANJURKAN UNTUK PENDERITA
TIFUS
Penderita tifus sebaiknya makan
makanan yang lembut dan mudah dicerna, seperti bubur nasi atau bubur sumsum
dengan lauk ayam, ikan, telur, daging, tahu dan tempe. Buah-buahan dan sayuran
seperti pepaya, pisang, bayam, wortel dan labu siam juga baik untuk penderita
tifus. Hindari makan nenas, nangka, tape, singkong dan daun singkong, kentang,
dendeng, corned beef, sardines dan makanan awetan lainnya.
No comments:
Post a Comment