Sunday, December 4, 2011

PENYAKIT TIFUS


PENYAKIT TIFUS
Apa Itu Penyakit Tifus ? Tifus adalah suatu penyakit infeksi bakterial akut yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi. Di Indonesia penderita tifus atau disebut juga demam tifoid cukup banyak, tersebar di mana-mana, ditemukan hampir sepanjang tahun, dan paling sering diderita oleh anak berumur 5 sampai 9 tahun. Kurangnya pemeliharaan kebersihan merupakan penyebab paling sering timbulnya penyakit tifus. Pola makan yang tidak teratur dan menyantap makanan yang kurang bersih dapat menyebabkan timbulnya penyakit ini. Kapan Penyakit Tifus Menimbulkan Gejala? Selang waktu antara infeksi dan permulaan sakit (masa inkubasi) bergantung dari banyaknya bakteri yang masuk ke tubuh. Masa inkubasi berkisar antara 8-14 hari.

BAKTERI PENYEBAB TIFUS
                Salmonella adalah suatu genus bakteri enterobakteria gram-negative berbentuk tongkat yang menyebabkan tifus, paratifus, dan penyakit foodborne. Spesies-spesies Salmonella dapat bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfida. Salmonella dinamai dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun sebenarnya, rekannya Theobald Smith (yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis) yang pertama kali menemukan bakterium tahun 1885 pada tubuh babi.Bakteri tifoid ditemukan di dalam tinja dan air kemih penderita.Penyebaran bakteri ke dalam makanan atau minuman bisa terjadi akibat pencucian tangan yang kurang bersih setelah buang air besar maupun setelah berkemih. Lalat bisa menyebarkan bakteri secara langsung dari tinja ke makanan. Bakteri masuk ke dalam saluran pencernaan dan bisa masuk ke dalam peredaran darah. Hal ini akan diikuti oleh terjadinya peradangan pada usus halus dan usus besar. Pada kasus yang berat, yang bisa berakibat fatal, jaringan yang terkena bisa mengalami perdarahan dan perforasi (perlubangan).Sekitar 3% penderita yang terinfeksi oleh Salmonella typhi dan belum mendapatkan pengobatan, di dalam tinjanya akan ditemukan bakteri ini selama lebih dari 1 tahun.Beberapa dari pembawa bakteri ini tidak menunjukkan gejala-gejala dari demam tifoid.

GEJALA
                Biasanya gejala mulai timbul secara bertahap dalam wakatu 8-14 hari setelah terinfeksi. Gejalanya bisa berupa demam, sakit kepala, nyeri sendi, sakit tenggorokan, sembelit, penurunan nafsu makan dan nyeri perut. Kadang penderita merasakan nyeri ketika berkemih dan terjadi batuk serta perdarahan dari hidung. Jika pengobatan tidak dimulai, maka suhu tubuh secara perlahan akan meningkat dalam waktu 2-3 hari, yaitu mencapai 39,4-40°Celsius selama 10-14 hari. Panas mulai turun secara bertahap pada akhir minggu ketiga dan kembali normal pada minggu keempat. Demam seringkali disertai oleh denyut jantung yang lambat dan kelelahan yang luar biasa.Pada kasus yang berat bisa terjadi delirium, stupor atau koma. Pada sekitar 10% penderita timbul sekelompok bintik-bintik kecil berwarna merah muda di dada dan perut pada minggu kedua dan berlangsung selama 2-5 hari.

KOMPLIKASI
                Sebagian besar penderita mengalami penyembuhan sempurna, tetapi bisa terjadi komplikasi, terutama pada penderita yang tidak diobati atau bila pengobatannya terlambat:Banyak penderita yang mengalami perdarahan usus; sekitar 2% mengalami perdarahan hebat. Biasanya perdarahan terjadi pada minggu ketiga.Perforasi usus terjadi pada 1-2% penderita dan menyebabkan nyeri perut yang hebat karena isi usus menginfeksi ronga perut (peritonitis).Pneumonia bisa terjadi pada minggu kedua atau ketiga dan biasanya terjadi akibat infeksi pneumokokus (meskipun bakteri tifoid juga bisa menyebabka (pneumonia).Infeksi kandung kemih dan hati.Infeksi darah (bakteremia) kadang menyebabkan terjadinya infeksi tulang (osteomielitis), infeksi katup jantung (endokarditis), infeksi selaput otak (meningitis), infeksi ginjal (glomerulitis) atau infeksi saluran kemih-kelamin. Pada sekitar 10% kasus yang tidak diobati, gejala-gejala infeksi awal kembali timbul dalam waktu 2 minggu setelah demam mereda

DIAGNOSIS
                Diagnosis penyakit ini ditegakkan atas dasar riwayat penyakit, gambaran klinik dan hasil pemeriksaan laboratorium (jumlah lekosit menurun dan titer Widal yang meningkat). Diagnosis pasti ditegakkan dengan ditemukannya kuman pada salah satu biakan.Pemeriksaan serologik Widal (titer Aglutinin OD) sangat membantu dalam diagnosis walaupun 30% penderita memperlihatkan titer yang tidak bermakna atau tidak meningkat. Sebaliknya, hasil uji Widal yang positif (titer Widal lebih besar dari 1/160) belum tentu menunjukkan pasien positif menderita tifus. Uji Widal baru bermanfaat bila dilakukan pemeriksaan serial tiap minggu dengan kenaikan titer sebanyak 4 kali.
* Kultur Gal Diagnosis definitif penyakit tifus dengan isolasi bakteri Salmonella typhi dari spesimen yang berasal dari darah penderita. Pengambilan spesimen darah sebaiknya dilakukan pada minggu pertama timbulnya penyakit, karena kemungkinan untuk positif mencapai 80-90%, khususnya pada pasien yang belum mendapat terapi antibiotik. Pada minggu ke-3 kemungkinan untuk positif menjadi 20-25% dan minggu ke-4 hanya 10-15%.
* Widal Penentuan kadar aglutinasi antibodi terhadap antigen O dan H dalam darah (antibodi O muncul pada hari ke 6-8, dan antibodi H muncul pada hari ke 10-12). Pemeriksaan Widal memberikan hasil negatif sampai 30% dari sampel biakan positif penyakit tifus, sehingga hasil tes Widal negatif bukan berarti dapat dipastikan tidak terjadi infeksi. Pemeriksaan tunggal penyakit tifus dengan tes Widal kurang baik karena akan memberikan hasil positif bila terjadi:
a. Infeksi berulang karena bakteri Salmonella lainnya
b. Imunisasi penyakit tifus sebelumnya
c. Infeksi lainnya seperti malaria dan lain-lain
Apakah Pemeriksaan Dengan Kultur Gal Dan Widal Sudah Cukup Untuk Mendeteksi Penyakit Tifus?
* Tidak, karena pemeriksaan Kultur Gal sensivitasnya rendah, dan hasilnya memerlukan waktu berhari-hari, sedangkan pemeriksaan Widal tunggal memberikan hasil yang kurang bermakna untuk mendeteksi penyakit tifus.
* Tidak, karena melihat pengalaman selama ini, banyak sekali kasus infeksi dengan diagnosis positif penyakit tifus yang dihasilkan dari pemeriksaan Kultur Gal dan Widal, sudah mulai diberikan obat antibiotika, namun ternyata menderita demam karena virus, misalnya dengue.

PENCEGAHAN
                Vaksin tifus per-oral (ditelan) memberikan perlindungan sebesar 70%. Vaksin ini hanya diberikan kepada orang-orang yang telah terpapar oleh bakteri Salmonella typhi dan orang-orang yang memiliki resiko tinggi (termasuk petugas laboratorium dan para pelancong). Para pelancong sebaiknya menghindari makan sayuran mentah dan makanan lainnya yang disajikan atau disimpan di dalam suhu ruangan. Sebaiknya mereka memilih makanan yang masih panas atau makanan yang dibekukan, minuman kaleng dan buah berkulit yang bisa dikupas.

PENGOBATAN
                Dengan antibiotik yang tepat, lebih dari 99% penderita dapat disembuhkan. Antibiotik yang banyak digunakan adalah kloramfenikol. Kadang makanan diberikan melalui infus sampai penderita dapat mencerna makanan. Jika terjadi perforasi usus, diberikan antibiotik berspektrum luas (karena berbagai jenis bakteri akan masuk ke dalam rongga perut) dan mungkin perlu dilakukan pembedahan untuk memperbaiki atau mengangkat bagian usus yang mengalami perforasi.

OBAT – OBAT TIFUS
                Kloramfenikol Untuk Tifus diberikan dosis 4 kali 500 mg sehari selama 2 – 3 minggu . Untuk anak diberikan dosis 50 – 100 mg / kg BB sehari dibagi dalam beberap dosis selama 10 hari.Tiamfenikol dengan dosis 50 mg / kg BB sehari pada minggu pertama , lalu diteruskan 1-2 minggu lagi dengan dosis separuhnya. Kotrimoksazol 2 dd 3 tablet setiap hari ( 1440 mg ) sampai bebas demam , kemudian 2 dd 2 tablet selama 7 hari. Amoxsisilin 6 dd 1 g selama 2 minggu

FARMAKOLOGI OBAT
                Klormfenikol diserap dengan cepat . Kadar puncak dalam darah tercapai 2 jam . Untuk anak biasanya diberikan bentuk ester kloramfenikol palmitat atau stearat yang rasanya tidak pahit . Bentuk Ester ini akan mengalami hidrolisis dalam usus dan membebaskan kloramfenikol.Masa penuh eliminasi pada orang dewasa kurang lebih 8 jam , Pada bayi berumur kurang dari 2 minggu sekitar 24 jam . Kira – kira 50 % kloramfenikol dalam darah terikat dengan albumin.Dengan demikian toksisitas obat – obat ini lebih tinggi bila diberikan bersama kloramfenikol .Amoksisilin bekerja lebih lambat, selama 5 – 6 hari, demam hilang dibandingkan rata – rata 3 hari dengan kloramfenikol. Kotrimoksazol mampu menghilangkan demam dalam 4 hari, setelah terapi, tinja tidak mengandung basil tifus, sehingga efektif juga untuk mengobati pembawa basil. Berhubung bahaya gangguan darah sebaiknya jangan digunakan selama 2 minggu.
 Nama Obat dan Produsen Cloramfenikol ALCHLOR(Pharmac), CHLORAMEX ( Dumex ), ( Parke D ), COLSANCETINE ( Sanbe ), COMBECETIN (Combi ), CHLOROMYCETIN FENICOL ( Poneo ), KEMICETIN ( Farmitalia), PARAPHENICOL ( Prafa ), PARAXIN ( Boehringer Man ), RIBOCINE ( Dexa ), ZENICHLOR ( Zenith ), CLORAMPHENICOL ( Generik ).
Bagaimana Menghindari Tifus Beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mencegah timbulnya penyakit ini adalah biasakan makan makanan dan minuman yang sudah dimasak, lindungi makanan dari lalat, kecoa dan tikus, cuci tangan dengan sabun setelah ke WC dan sebelum makan, serta hindari jajan ditempat-tempat yang kurang bersih. Cara termudah menghindari penyakit ini adalah dengan menjaga higienitas makanan

MAKANAN YANG DIANJURKAN UNTUK PENDERITA TIFUS
                Penderita tifus sebaiknya makan makanan yang lembut dan mudah dicerna, seperti bubur nasi atau bubur sumsum dengan lauk ayam, ikan, telur, daging, tahu dan tempe. Buah-buahan dan sayuran seperti pepaya, pisang, bayam, wortel dan labu siam juga baik untuk penderita tifus. Hindari makan nenas, nangka, tape, singkong dan daun singkong, kentang, dendeng, corned beef, sardines dan makanan awetan lainnya.

No comments: